Berbagi Arsitektur: Cohousing dan Heritage Restoration
Pembahasan mengenai Cohousing oleh Ihsan Maulana R. menghasilkan kesimpulan bahwa Collaborative Housing (Co-housing) bisa dipandang sebagai alternatif hunian bagi masyarakat Indonesia. Hal ini juga disetujui oleh Mas Ahmad Dafiq selaku panelis dalam webinar ini. Namun, penelitian dan kajian mengenai Cohousing di Indonesia masih perlu dilakukan lebih banyak lagi dengan memerhatikan kasus-kasus yang ada secara spesifik.
Pembahasan kedua oleh Ulfa Faradila mengenai Heritage Restoration mengajak teman-teman yang berkecimpung dalam dunia arsitektur untuk lebih memaknai bangunan-bangunan cagar budaya. Selain mempelajari, membuat arsip atau jurnal mengenai bangunan heritage juga perlu dilakukan, nih. Agar generasi arsitek di masa mendatang makin memiliki pengetahuan dan concern mengenai bangunan cagar budaya. Hal ini juga disetujui oleh panelis, dengan menegaskan bahwa memiliki pengalaman ruang yang nyata dan bisa dirasakan secara langsung juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap bangunan cagar budaya.
Berbagi Ruang Publik: Urban Sprawl dan Open Space
Menurut Dyah Reyhaniadiva selaku presenter dengan tema urban sprawl memberikan kesimpulan dari mini risetnya bahwa pembangunan mikrosentris masih belum cukup efektif sehingga menjadi pengingat agar pembangunan skala mikro lebih dioptimalkan lagi.
Presenter kedua adalah Sara Kusumaningsih, memaparkan mini risetnya yang membahas mengenai ruang terbuka hijau. Dari hasil risetnya, ia berpesan agar calon arsitek dan perencana wilayah lebih memerhatikan ruang terbuka karena decision making-nya ada di tangan para calon arsitek dan perencana wilayah.
Pak Rendy Bayu A., S.T., MUP sebagai panelis sangat mengapresiasi mini riset yang dilakukan oleh Dyah dan Sara. “Karena perubahan besar tidak lepas dari kolaborasi anak-anak muda”, ujarnya.
Berbagi Mobilitas: Micromobility, Bikeability, Mobility in Liveability
Ketiga presenter yaitu, Mayong, Haniek, dan Delaneira, sama-sama membahas mengenai micromobility dan menekankan pentingnya mengutamakan micromobility seperti berjalan kaki atau bersepeda agar menciptakan kota yang liveable. Hal kecil tersebut dapat kita mulai dari diri sendiri sehingga menjadi kebiasaan baik. Haniek juga mengingatkan bahwa perlu ruang-ruang yang lebih luas untuk diskusi serta kampanye pentingnya micromobility dan non-motorized transport (NMT)
Para panelis yaitu Pak Faza dan Mas Arbi juga menyetujui statement para presenter dan mengajak untuk memanfaatkan momentum COVID-19 untuk bisa memulai beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Yuk simak video pembahasan lengkapnya di sini.