Overview 

Potensi salah satu obyek wisata unggulan Kabupaten Blora, Loco Tour Cepu, saat ini sedang dieksplor lebih lanjut untuk terus dikembangkan dan dioptimalkan. Dengan adanya kajian kelayakan (feasibility study) yang telah dilakukan, Pemerintah Blora berharap dapat mengetahui kelayakan dan arah rencana pembangunan aset Kawasan Loco Tour Cepu yang sesuai dengan preferensi pasar dan peluang di sekitar. 

Lokasinya yang terletak simpul strategis yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kota Surabaya jadi salah satu alasan Pemerintah Blora berencana mengaktivasikan kembali trase rel kereta heritage Kawasan Loco Tour Cepu – Gubug Payung sepanjang kurang lebih 22,6 KM. 

Concept

Pengembangan pariwisata Loco Tour dilakukan dengan mengusung konsep utama Complete Heritage Train Experience. Konsep ini mengedepankan pengalaman wisata kereta yang diwujudkan dengan aktivasi rel Loco Tour, pengembangan wisata sejarah dan budaya, pengembangan wisata yang berorientasi pada landscape alam, dan integrasi beberapa destinasi wisata unggulan di Kabupaten Blora. Konsep utama ini didukung oleh 3 sub-konsep yaitu: 

• Integrated Tourist Destination 

Kawasan ini direncanakan dengan mempertimbangkan aksesibilitas dan fasilitas pendukung yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan untuk  menciptakan perjalanan wisata yang berkualitas. 

• Nature Driven 

Pengembangan dilakukan dengan menjaga kelestarian bentang alam lewat memaksimalkan lahan hijau sebagai catchment area untuk mengurangi genangan banjir sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan indah yang disuguhkan. 

• Heritage & Cultural Preservation 

Nilai budaya lokal turut dilestarikan dalam pengembangan atraksi Loco Tour. Keberadaan UMKM, museum, sarana informasi edukasi lainnya di sekitar site diharapkan mampu menciptakan wisata yang mampu menjaga budaya lokal dan sejarahnya. 

Berdasarkan ruang, pengembangan kawasan Loco Tour dibagi menjadi 3 koridor pengembangan (etape), yaitu Depo Loco, TPK Batokan, dan Gubuk Payung. Kawasan Buk Brosot sebagai salah satu area dalam rute direncanakan sebagai fasilitas transit yang menyediakan area peristirahatan, food and beverage, dan rekreasi. Fitur yang akan dikembangkan di Rest Area Buk Brosot terdiri dari beberapa fasilitas utama, diantaranya stasiun, gedung tenant UMKM, kuliner outdoor, dan area parkir yang luas.  

Adanya etape tersebut kemudian menjadi dasar analisa kelayakan yang terdiri dari kelayakan fisik, legal, lingkungan, sosial, infrastruktur dasar serta potensi wisata sekitar. 

Value 

Dalam merencanakan Loco Tour Cepu, diperlukan studi kelayakan yang mempertimbangkan berbagai aspek pengembangan agar tercipta hasil akhir berupa informasi mengenai apakah proyek tersebut layak dikembangkan atau tidak. 

Pada penilaian kelayakan fisik ruang, analisis kawasan dibagi berdasarkan 3 koridor pengembangan di atas. Berdasarkan hasil analisa, etape 1 memiliki nilai kelayakan sebesar 83.3% dengan daya tarik wisata eksisting berupa desa wisata kerajinan/kesenian (embrio) dan TPK Batokan. Nilai kelayakan etape 2 sebesar 64% menunjukkan kawasan tersebut belum layak dikembangkan. Hal ini dikarenakan tidak ada atraksi yang berada di sekitar rute dan keberadaannya cukup jauh. Sedangkan Etape 3 memiliki nilai kelayakan 80.3% dengan daya tarik desa wisata di sekitarnya. 

Selain analisis kelayakan fisik, terdapat pertimbangan lain berupa analisis kelayakan finansial. Analisis ini melihat dari 2 poin, yaitu: 

• Net present value (NPV) 

Selisih antara nilai arus kas masuk sekarang dan yang keluar selama dalam kurun waktu tertentu. 

• Internal rate of return (IRR) 

Tingkat pengembalian tahunan yang akan selalu diharapkan dalam suatu investasi.  

Berdasarkan analisis kelayakan finansial, nilai NPV dan IRR proyek lebih besar dari suku bunga bank dan modal (pembangunan dan operasional), sehingga proyek ini layak secara finansial dan layak untuk dikembangkan.